Jumat, 25 Desember 2009

Metodologi Penelitian

METODOLOGI PENELITIAN

1.Metoda Pokok research
a.Metoda logika: metoda yang ditekankan pada cara berfikir(menarik kesimpulan dari data
teoritis yang telah ada yaitu penyimpulan induktif dan deduktif

b.Metoda teknis: metoda yang ditekankan pada cara atau teknis untuk melaksanakan hasil kerja pikiran

Proses induktif riset:

a.Observasi data dari lapangan, b.Menganalisis data tersebut , c.Menarik kesimpulan,
d.Proses bersifat empiris, e.Contoh penelitin tesis,desertasi, dan sebagian skripsi

2.Wujud Penelitian :

a.perumusan masalah, b.perumusan hipotesa, c.experiment,
d.data, e.analisis data, f.pembahasan, g.kesimpulan dan saran
keterangan

a.Perumusan masalah
Penelitian bertolak dari adanya masalah:Perlu menguasai seluk beluk suatu masalah, Perlu menguasai bagaimana merumuskan masalah

Masalah timbul karena:

1.Adanya tantangan,2.Adanya kebingungan terhadap suatu hal/kejadian,3.Adanya kemanduaan/bias artinya,
4.Adanya rintangan,5. Adanya gap/fenomena

3.Tujuan pemilihan masalah dan perumusannya:
a.Untuk mencari, mendapatkan, memuaskan,peneliti secara akademik yaitu sesuai dengan bidang dan disiplin ilmunya
b.Untuk mendapatkan sesuatu yang baru,untuk mengisi kekurangan ilmu yang telah ada
c.Untuk memenuhi keinginan peneliti dan masyarakar
d.Untuk meletakkan dasar, guna memecahkan beberapa penemuan dengan penelitian
terdahulunya untuk dasar penelitian yang akan dating, sehingga menghasilkan suatu
karya inovatif dan kreatif, dan mendapatkan hak paten

4.Ciri-ciri masalah yang baik:

a.Masalah asli/up to date
b.Ada causality dengan suatu kejadian
c.Hal tersebut dianggap penting
d.Hal tersebut dapat diuji
e.Dapat dinyatakan dengan statement atau pernyataan

5.Sumber untuk memperoleh masalah dalam penelitian ilmiah:

a.Berasal dari bacaan/pustaka yang up to date
b.Berasal dari pengamatan terhadap suatu kejadian dilingkungnya
c.Berasal dari analisa bidang pengetahuannya berdasarkan data-data statistic
d.Cabang ilmu yang sedang dipelajari
e.Pengalaman/catatan pribadi dalam rangka mengikuti seminar
f.Ulangan serta perluasan penelitian
g.Praktek serta keinginan masyarakat
h.Bidang spesialisasi
i.Mata kuliah yang sedang diikuti
j.Pengamatan terhadap alam sekelilingnya
k.Seminar dan diskusi ilmiah

6.Trio essensial dalam penelitian:

a.Daya khayal
b.Intuisi(feeling)
c.Akal
7.Sifat-sifat yang harus dimiliki peneliti:

a.Intelegensia
b.Punya inisiatif
c.Punya daya khayal
d.Sifat informasi
e.Iventif
f.Belajar keras dan disiplin l
g.Kejujuran
h.Antusias
i.Tidak mudah putus asa
j.Percaya diri

Kamis, 24 Desember 2009

Survey dan Evaluasi Lahan

SURVEY DAN EVALUASI LAHAN

Pengertian:
A.Survey tanah:

a. Survey adalah mengadakan pemeriksaan,penyelidikan atau peninjauan,melakukan
pengukuran seperti pada survey tanah(kamus bahasa Indonesia,1988).
b. Survey adalah melihat-lihat atau inspeksi seperti melihat-lihat harga pasar
(kamus Oxford,1961).
c. Survey tanah adalah penguraian karakteristik tanah disuatu wilayah,mengklasifikasikan
nya kedalam suatu sistem tertent,menarik batas dari masing-masing satuan peta tanah,
kemudian menduga prilaku tanah dan bagaimana dampaknya dari pengelolaan tanah
tehadap lingkungannya(Van de Broek,1981;survey devision staff,1993)

1.Tujuan survey tanah:
Untuk mengetahui karakteristik tanah disuatu daerah,mengklasifikasikannya dan kemudian memetakannya
untuk mengetahui pennyebaran dan luas masing-masig satuan peta tanah yang didapatkan

2.Hasil dari survey tanah:
a.Klasifikasi tanah dari daerah yang disurvey
b.Peta tanah dari daerah yang disurvey


B.Evaluasi lahan:
Merupakan proses pendugaan potensi lahan untuk berbagai alternatif penggunaannya
(Dent dan Young,1981)

1.Tujuan evaluasi lahan:
untuk menentukan tingkat atau kelas kemampuan atau kesesuaian lahan untuk tujuan penggunaan
tertentu

2.Hasil dari evaluasi lahan:
a.Klasifikasi evaluasi lahan dari daerah yang evaluasi
b.Peta evaluasi lahan dari daerah yang disurvey

Senin, 21 Desember 2009

Praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah Lanjutan

pH Tanah

Metoda : pH H2O

Pereaksi:
Aquades, Larutan penyangga pH 7 dan 4
Cara Kerja:
Ditimbang, sample tanah 10 g, di masukan kealam tabung film dan ditambahkan aquades 10 ml. Kemudian dikocok selama 30 menit dengan mesin pengocpk, dan didiamkan sebentar. Diukur dengan menggunakan pH meter yang telah distandarkan dengan larutan penyangga pH 4 dan pH 7.

KTK

Metoda: Leaching

Pereaksi:
Amonium asetat pH 7, alcohol 40 % aquades, indicator Conway, NaOH 40 %, H2SO4 0,1 N, asam borak 4 %.

Cara Kerja:
Dimasukan 5 g tanah kering udara kedalam gelas piala 250 ml. Ditambahkan 50 ml larutan ammonium asetat pH 7 dan aduk dengan batang pengaduk serta diamkan selama semalam. Setelah itu disaring dengan kertas saring dan ditampung fitratnya dalam labu ukur 100 ml. Sisa tanah dikertas saring pada gelas piala dicuci dengan 20 ml ammonium asetat dan diulang sampai beberapa kali sampai fiotratnya yang ditampung mencapai 100 ml.
Fitrat dipindahkan kedalam labu ukur dan volumenya ditetapka sampai 100 ml dengan ammonium asetat pH 7. Tanah pada kertas saring dicuci dengan 25 – 30 ml alcohol untuk setiap kali pencucian. Tanah pada kertas saring dipindahkan pada labu kjeldahl dan ditambahkan 200 ml aquades dan sedikit batu apung serta 20 ml NaOH 40 %., kemudian dihubungkan dengan alat destilasi. Hasil destilasi ditampung dengan erlemeyer yang berisi 25 ml asam borat dan dan 3 tetes indicator Conway. Destilasi dihentikan setelah destilat mencapai 200 ml. Destilat dititrasi dengan asam sulfat 0,1 N sehingga warna biru berubah menjadi merah muda. Dengan cara yang sama juga dilakukan untuk blanko.
Perhitungan :
KTK (me/100g) = (a - b) x N x 100/w x KKA
Dimana : a = ml H2SO4 untuk penitar sampel tanah
b = ml H2SO4 untuk penitar blanko
N = Normalitas H2SO4 (0,1)
W = berat sampel tanah
KKA = 1 + %kadar air


Penetapan C organik Tanah

Metoda :Walkley and Blank

Pereaksi:
Larutan 1 N kalsium kromat ( 949,04 K2Cr2O7 dalam 1 liter air suling ), Asam sulfat pekat, larutan 0,5 % barium klorida ( 5 g BaCl2 dalam 1 liter air suling), sakarosa baku.
Prosedur:
Larutan baku dibuat dari 29,68 g sakarosa yang telah kering oven, dilarutkan dengan air suling dalam labu ukur 250 ml. Dipipet berturut-turut 5, 10, 15, 20 dan 25 ml larutkan kedalam 5 buah labu ukur 100 ml dan dicukupkan sampai 100 ml dengan aquades. Masing-masing larutan dipipet sebanyak 2 ml dan dimasukan kedalm 5 buah erlemeyer 100 ml, volumenya dicukupkan sampai 100 ml. Larutan ini berturut-turut mengandung 5, 10, 15, 20 dan 25 mg C. Ditimbang 0,5 g tanah dan ditambahkan 10 ml larutan kalsium kromat dan 20 ml asam sulfat pekat, digoyangkan sampai tercampur. Larutan didiamkan selama satu malam atau sampai jernih.
Hal yang sama juga dilakukan pada larutan baku. Larutan dipindahkan kedalam kuvet lalu diukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 625 um. Hasil pembacaan transmitan ( T ) dicatat dan dikonversikan pada absorban ( A ), lalu dibuat kurva baku berdasarkan kepekatan C sakarosa baku dari 0 sampai 25 mg. Kadar C-organik contoh dihitung berdasarkan kepekatan C-organik pada kurva baku.

Perhitungan : Persentase C = mg C kurva/mg contoh x 100% x KKA
% BO = 1,72 x C-Organik

Praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah

TEKSTUR TANAH

Bahan dan Alat:
sampel tanah, NaOH,Na-hexameraphospat,KCl,H2O2,timbangan,cawan aluminium,ayakan 53mikron,gelas piala,Hydrometer.

Metoda: Pipet dan ayakan

Cara Kerja:
Sampel tanah yang sudah lolos ayakan 2mm ditimbang sebanyak 10 g dan masukan ke dalam gelas piala,lalu ditimbahkan 50 ml H2O2, 10% dan 6 tetes H-acetat,lalu diaduk dan dibiarkan satu malam.
Setelah didiamkan satu malam dipanaskan diatas Hotplate dan ditambahkan 50ml H2O2 30% sampai bahan organik habis,kemudian diangkat dan tambahkan 50ml KCl 0,4 N untuk melarutkan CaCO3 yang ada dalam suspensi tanah dan tambah aquadest sampai volume mencapai separoh gelas piala, panaskan selama 20 menit sambil diaduk.Diangkat tambahkan aquadest 3/4 gelas piala, aduk, biarkan satu malam.
Air yang terbentuk di atas endapkan dibuang sedikit demi-sedikit sampai tinggal endapan.Endapan dibersihkan dari gelas piala dengan menggunakan aquadest dan disaring dengan ayakan 53 mikron untuk memisahkan pasir dari debu+liat dan tampung saringan dengan gelas silinder 1000ml.Pasir yang didapat diletakkan di cawan dan keringkan dengan oven 105 derajat C sampai didapat bobot kering, debu+liat didiamkan selama 2 jam 48 detik, maka didapat berat debu+liat.Suspensi dalam silinder dibiarkan tanpa diganggu.

NITROGEN TANAH

Bahan dan alat:
H2SO4 pekat,H2SO4 0,1 N, NaOH 40%, serbuk selenium, aquadest, H3BO3, 4%indokator conway, destruksi,destilasi,titrasi,labu kjeldhal, pipet, dll.

Metoda: Kjeldhal

Cara Kerja:
Ditimbang sampel tanah 0,5 g dimasukkan kedalam labu kjeldhal, ditambahkan 1 g serbuk selenium dan 5 ml H2SO4 pekat, letakkan diatas tungku api (destruksi) sampai berubah warna putih susu, setelah itu diamkan, diangkat dan tambahkan 40 ml aquadest dan 15 ml NaOH 40%, letakkan di alat destlasi, ditampung dengan erlemeyer 250 ml yang diisi dengan 15 ml H3BO3 4% ditambahkan 3 tetes indikator conway, maka akan berwarna merah muda, lakukan destilasi sampai penampung berubah warna jadi hijau kebiruan dan dicukupkan 40 ml. Hasil tampungan diangkat dan titrasi dengan H2SO4 0,1 N. sampai berubah warna jadi murah muda dan Catat H2SO4 yang terpakai.

Rumus:
%N=(a-b)x 0,1 x 14 x 100/mg tanah x kka
keterangan:
a =ml H2SO4 terpakai
b =ml blanco
kka= koreksi kadar air



Sabtu, 05 Desember 2009

Teknologi Olah Tanah Konservasi

BAB I
PENGOLAHAN TANAH (TILLAGE)

1. Pengertian Tillage:
Setiap tindakan/pengendalian dan juga menipulasi terhadap tanah yang bertujuan untuk menyiapkan tempat persemaian, mengendalikan gulma, memperbaiki kondisi tanah, infiltrasi, peredaran udara/aerase, serta menyiapkan tanah untuk irigasi permukaan.

a. Tujuan :
1. Menyediakan lingkungan yang baik
2. Perakaran tanaman
3. Pengendalian gulma
4. Pengendalian erosi
5. Mempertahankan kelembapan tanah
Pengaruh pengolahan tanah:
a. Pengaruh temporer
b. Jangka panjang
Dampak pengolahan tanah:
a. Struktur tanah yan terbentuk alami akan hancur
b. Mempecepat dekomposisi BO sehingga terjadi penurunan cepat
c. Penyiangan akan merusak perakaran tanaman
d. Meningkatkan mineralisasi
Faktor-faktor biofisik yang mempengaruhi dalam pemilihan metoda pengolahan tanah:
a. Sifat tanah
b. Lanskape
c. Iklim
d. Tanaman
e. Kebutuhan energy
Lokasi hara dalam suatu system tanah:
1. Majemuk:bias ditingkatkan dengan pemberian NPK,mudah terangkut
2. Terikat dalam material organic yang labil, pada mikrobia tanah dan sisa tanaman
3. Berada pada compound

BAB II
DEGRADASI TANAH
1. Pengertian :
Proses terjadi perusakan tanah/lahan yang disebabkan oleh pengurangan kedalaman tanah dan kualitas tanah akibat dari pengaruh air, angin dan suhu

Beberapa hal penyebab terjadi degradasi :
a. Pertumbuhan penduduk
b. Penggunaan tanah tidak sesuai kemampuannya
c. Erosi yang disebabkan oleh air,angin
Pengaruh degradasi tanah:
a. Primer: menurunkan produksi tanah,Mempengaruhi iklim global akibat perubahan keseimbangan tenaga, air dan peredaran karbon,N dan S
b. Sekunder:ketidakstabilan sospol,meingkatkan pembukaan hutan,penggunaan secara intensif tanah-tanah marginal dan subur,erosi yang dipercepat,pencemaran sumber air,pembebasan gas-gas rumah kaca ke atmosfir

2. Jenis-jenis Degradasi Tanah:
a. Degradasi fisik
b. Degradasi kimia
c. Degradasi biologi


BAB III
PENGOLAHAN TANAH KONVENSIONAL VS PENGOLAHAN TANAH KONSERVASI

a. Pengolahan tanah konvensional, cirri-cirinya:
Pengolahan tanah intensif, pengolahan pertama yang diikuti dengan pengolahan tanah selanjutnya sampat tersedia media yang baik untuk pertumbuhan tanaman, semua tipe PT meninggalkan <15% sisa tanaman pada permukaan untuk penanaman selanjutnya

b. Pengolahan tanah konservasi,cirri-cirinya:
Teknik PT yang sekaligus usaha konservasi tanah dan air,PT yang dapat mencegah terjadi degradasi lahan
Tipe pengolahan tanah konservasi:
a. Tanpa olah tanah(TOT)
b. Olah tanah minimum(OTM)
c. Pengolahan mulsa

BAB IV
TOTK PADA LAHAN BERLERENG

Ada 2 cara:
1. Vegetatif
2. Mekanis
Keterangan:
1. Vegetatif : penggunaan tanaman, penggunaan sisa tanaman,penerapan pola tanam yang dapat menutupi tanah sepanjang tahun
2. Mekanis: membuat bangunan seperti pembuatan guludan atau teras-teras

Dosen : Dr.Ir Adrinal,MS

Senin, 30 November 2009

BAB VII Kesuburan Tanah Gambut

1. Klasifikasi kesuburan tanah gambut
3 golongan gambut:
  1. Eutropik :subur
  2. mesotropik:sedang
  3. oligotropik:miskin hara
  1. Penggolongan tersebut didasarkan pada kandungan Nitrogen(N), fosfor(P), Kalium(K),Kalsium(Ca) dan kadar abunya(Fleslsscher dalam Driessen dan Soepraptohardjo(1974)
  2. Dimodifikasi oleh IPB (1976) berdasarkan pH,N total, P_tersedia, K_ketersedia
2. Kandungan hara makro dan mikro
  • N tinggi
  • P beragam
  • K,Ca dan Mg rendah
  • Cu, Zn,Mn, Fe rendah
  • Kadar abu dapat dijadikan gambaran kesuburan tanah gambut

BAB IV Sifat Kimia Tanah Gambut

1. Kemasaman (pH)
  • pH 3-4,5
  • Kemasaman disebabkan oleh asam-asam organik
  • Kapasitas tanah sanggah tinggi yaitu kemampuan mepertahankan perubahan pH tinggi
  • pH ideal untuk gambut 5-5,5
2. Kapasitas tukar kation (KTK)
  • KTK tinggi 190-270 me/100 g
  • KTK tinggi karena muatan negatif tergantung pH dari gugus karboksil gambut dangkal (4-5,1)>gambut dalam (3,1-3,9)
  • Nilai KTK perlu dikoreksi oleh faktor dalam BD
3. Kejenuhan Basa (KB)
  • Nilai KB gambut rendah
  • KB gambut pedalaman<>
  • KB berhubungan dangan pH dan kesuburan tanah
  • Tingkat kritik KB 30%
4. Asam-asam organik
  • Bahan humat, asam-asam karboksil, asam fenolat
  • makin dalam gambut % bahan humat turun
  • bahan humat memberi nilai KTK tinggi(25-75 me/100g(Maas, 1997)
5. Komplek senyawa organik dengan kation
  • adanya sifat BO yang dapat mengkhelat kation merupakan fenomena yang harus dimanfaatkan untuk mengendalikan sifat meracun dari asam organik meracun
  • BO mampu mengkhelat 98%Cu,75% Zn, 84% Mn
6. Komplek organo-Liat
  • BO dapat berikat dengan liat membentuk komplek organo liat melaui ikatan elektrostatik,hidrogen, dan koordinasi
  • ikatan elektrostatik terjadi melalui proses pertukaran kation
  • ikatan hidrogen terjadi bila atom H berfungsi sebagai sambungan penghubung
  • ikatan koordinasi terjadi pada saat lignin organik menyumbangkan elektron pada ion logam dengan demikian ion logam sebagai jembatan

BAB V Sifat Fisika Tanah Gambut

1. Tingkat dekomposisi :
  1. Gambut kasar (Fibrist):gambut dengan BO kasar > 2/3 (sedikit atau belum terkomposisi atau bahan asal masih terlihat asalnya)warna merah lembayung (2,5 YR 3/2)-coklat kemerahan (5 YR 3/2)
  2. Gambut sedang (HemistaktoBO kasar 1/3-2/3 coklat kemerahan (5 YR 3/2)-coklat tua (7,5 YR 3/2)
  3. Gambut halus (Saprist):BO kasar<1/3,>
2. Penurunan muka tanah :
faktor penyebabnya:
  1. Drainase
  2. Kegiatan budidaya tanaman
  3. Tingkat kematangan gambut
  4. Umur reklainasi
  5. Ketebalan lapisan gambut
  6. Pembakaran waktu pembukaan lahan
Hasil penelitian kecepatan penurunan muka tanah:
fibrik>hemik>saprik

3. Kerapatan lindak (Bulk Density=BD)
  • BD tanah gambut 0,05-0,2 g/cc
  • BD tanah yang rendah akibatnya daya dukung tanah rendah akibatnya tanaman tahunan tumbuh condong atau tumbang
  • Makin dalam BD tanah makin kecil
  • Makin rendah kematangan gambut maka makin rendah nilai BD nya
4. Porositas dan distribusi ukuran pori
  • ditentukan bahan penyusun dan tingkat dekomposisi
  • makin matang gambut maka porositas makin rendah dan distribusi ukuran pori cukup merata
  • gambut tidak matang sangat porous dan tidak merata
  • porositas tanah dan distribusi ukuran pori pada gambut dari rerumputan dan semak jauh baik daripada gambut kayu-kayuan
5. Retesi air (daya menahan air)
  • afinitas tinggi dalam meretensi air karena air bersifat dipolar dan molekul asam-asam organik sangat banyak, maka air dalam jumlah banyak akan berikatan dengan asam-asam organik bebas
  • Makin matang gambut maka retensi air makin tinggi
6. Daya hantar hidrolik (HC)
  • Besarnya HC ditentukan oleh jenis gambut,tingkat kematangan, BD
  • HC gambut serat-seratan lebih lambat dari gambut kayu-kayuan
  • laju yang baik untuk pertanian <0,36>
  • HC secara horisontal sangat cepat dan vertikal sangat lambat
  • makin matang gambut HC makin lambat
7. Kering tak balik
  • berkaitan dengan kemampuan gambut dalam menyimpan,memegang dan melepas air
  • gambut yang mengalami kekeringan hebat akan berkurang kemampuannya dalam memegang air
  • penyebab kering tak balik adalah akibat terbentuk selimut penahan air
  • Pencegahan dengan mengatur tinggi permukaan air

Sabtu, 28 November 2009

BAB IV Klasifikasi Tanah Gambut

A. Berdasarkan ketebalannya:
  1. gambut dangkal: 50-100 cm
  2. gambut sedang :100-200 cm
  3. gambut dalam : 200-300 cm
  4. gambut sangat dalam :> 300cm
B. Berdasarkan tingkat kesuburan tanah:
  1. gambut Oligotrophic : gambut miskin bahan nutrisi (kadar abu <5%)
  2. gambut Mesotrophic: gambut dengan kesuburan sedang(kadar abur 5-10%)
  3. gambut Eutrophic : gambut kaya bahan nutrisi (kadar abu >10%)
C. Berdasarkan faktor pembentukannya:
  1. gambut ombrogen : gambut yang terbentuk terutama karena pengaruh curah hujan yang airnya tergenang atau gambut yang dibentuk dalam lingkungan pengendapan dimana tumbuhan pembentukan semasa hidupnya hanya tumbuh dari air hujan
  2. gambut topogen :gambut yang dibentuk pada depresi topografi dan diendapkan dari sisa tumbuhan yang hidupnya mengambil nutrisi tanah mineral dan air tanah
D. Sistem PPT(1982):
  1. organosol fibrik:tanah organosol yang didominasi oleh bahan fibrik sedalam 50 cm atau berlapis sampai 80 cm dari permukaan tanah
  2. organosol hemik:didominasi bahan hemik
  3. organosol saprik:didominasi bahan saprik
E. Sistem FAO/UNESCO(1974):
  1. gelic histosol:tanah histosol yang mempunyai sifat beku sampai 200 cm dari permukaan
  2. distrik histosol:tanah histosol yang mempunyai pH(H2O) <5,5>
  3. eutrik histosol:tanah histosol lain yang tidak termasuk gelic dan distrik dan umumnya punya pH (H2O) >5,5 dan KB>50%
F. Sistem Soil Taxonomy(1990):
Histosol

Tanah gambut yang sering dijumpai di Indonesia:
  1. Tropofibrist
  2. Tropohemist
  3. Troposaprist
  4. Sulfihemist
  5. Sulfohemist

BAB III Penyebaran dan Status Lahan Gambut

A. Luas (juta Ha) dan penyebarannya:
  1. Eropa barat = 25,986
  2. Eropa timur =151,958
  3. Afrika =4,816
  4. Asia =24,947
  5. Amerika Tengah =2,524
  6. Amerika Selatan =6,175
  7. Amerika Utara =209,640
  8. Pasifik =0,165
Total = 426,211 juta Ha (2% luas daratan)

Luas lahan gambut beriklim sedang 390,4 juta Ha, tropis 35,8 juta Ha.

Luas lahan gambut di Indonesia 17,00 juta Ha atau 1/2 luas gambut tropik

Penyusutan luas gambut dari masa ke masa selalu terjadi, yang disebabkan oleh :
  • reklamasi dan pengatusan berlebihan
  • peladangan
  • intensifikasi pemanfaatan
  • kebakaran
Status dan Pemanfaatan Lahan Gambut:
Tertuang dalam Keppres No 32 tahun 1990 bahwa tanah gambut kedalaman besar sama 3 m termasuk kawsan lindung sebagai kawasan yang tidak boleh diganggu.

BAB II Proses Pembentukan Tanah Gambut

Diemont (1986) merangkum pemikiran Polak(1933), Andriesse(1974) dan Driessen(1978) tentang tahapan-tahapan pembentukan gambut di Indonesia :
  1. Permukaan laut stabil (5000 tahun yang lalu)
  2. Deposisi sedimen pantai dengan cepat membentuk dataran pantai yang luas di pantai tilir Sumatera, Kalimantan, dan Irian Jaya, yang ditutupi oleh komunitas hutan mangrove
  3. Komunitas mangrove menyebabkan daerah stabil yang mengakibatkan perluasan tanah, yang akhirnya membentuk daerah mangrove dan lagoon yang mampu mengurangi kadar garam serta meningkatkan daerah dengan air segar menyebabkan terjadinya hutan gambut tropika atau danau berair segar
  4. Danau berair segar itu secara bertahap menampung BO yang dihasilkan oleh tumbuhan, berkembang menjadi hutan gambut tropika yang dipengaruhi oleh air gambut(ground water peat)sebagi gambut topogen
  5. Di atas gambut topogen terbentuk hutan gambut ombrotrophic
Prinsip Pembentukan tanah gambut :
Proses akumulasi BO > dekomposisi BO

Daerah iklim sedang dan dingin :
Penyebab utama adalah suhu dingin dan kondisi air jenuh sehingga proses oksidas berjalan lambat

Daerah Tropika :
Kelebihan air, kekurangan oksigen

Tahap-tahap proses pembentukan endapan gambut:
  1. Asosiasi marin(Rhizophora)
  2. Asosiasi payau(Avicennia)
  3. Asosiasi transisi(Conocarpus)
  4. Asosiasi klimaks(Tropical forest)
Kecepatan pembentukan lapisan gambut:
  1. Proses perkembangan tanah gambut adalah Paludiasi,yaitu penebalan lapisan bahan gambut dalam lahan yang berdrainase jelek di bawah kondisi anaerob
  2. Kecepatan pembentukan gambut tergantung iklim, vegetasi, kemasaman,kondisi aerob dan anaerob, aktivitas mikroorganisme
  3. Di pantai dekat laut pengaruh kegaraman akan mempercepat pertumbuhan tanah gambut karena proses dekomposisi BO terhambat akibat hanya mikroorganisme yang tahan kegaraman saja yang aktif

BAB I Tanah Gambut/Histosol/Organosol

Pengertian Tanah Gambut :
Tanah yang berlapisan yang cukup tebal, yang merupakan pengendapan bahan organik sedenter(pengendapan setempat),yang terutama terdiri atas sisa jaringan tumbuhan yang menumbuhi dataran rawa (Notohadiprawiro, 1986).

Tanah gambut disebut juga Organosol :
Tanah yang mempunyai horison H(organik)setebal 50 cm atau lebih atau komulatif 50 cm di dalam 80 cm dari lapisan atas, atau kurang bila terdapat lapisan batu atau fragmen batuan yang berisi bahan organik diantaranya.

Menurut Andriesse(1992) : Tanah gambut(peat)adalah tanah yang mengandung 100% bahan organik dengan tebal > 40 cm

1. Potensi Lahan Gambut:
  • Luas lahan gambut sekitar 18,2 juta hektar(Kalimantan 9,3 juta Ha, Sumatera 4,3 juta Ha, Irian Jaya 4,6 Juta Ha) (Soekardi dan Hidayat, 1999)
  • Bentuk daerah (topografi) yang datar
  • Penguasaan tanah sebagian besar tanah negara
  • Sifat menahan air yang tinggi akibat kandungan BO yang tinggi
  • Multifungsi:Pertanian, energi, industri dan media tanam
2. Kendala Lahan Gambut:
  • Tingkat kematangan Gambut
  • Tebal lapisan gambut
  • Penurunan permukaan tanah
  • Sifat mengkerut tidak balik
  • Adanya lapisan pirit
  • Kemasaman tanah yang tinggi
  • Salinitas/intrusi air laut
  • Jenuh air
  • Daya hantar hidraulik horisontal besar tapi daya hantar vertikal kecil
  • Daya dukung tanah rendah